Tolong jempol dan saran nya . . .
Agar Blog ini bisa Lebih baik Lagy . . .
terima kasih . . .

Cari Blog Ini

Senin, 25 Juni 2012

Bencana Alam




A.     PENGERTIAN BENCANA
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007)
Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri.(ISDR, 2004)
Dari uraiaan diatas dapat disimpulkan bahwa bencana adalah kejadian-kejadian luar biasa yang di luar kendali manusia yang bersifat merusak dan merugikan makhluk hidup yang berada di sekitarnya.

B.     JENIS BENCANA

1.    GEMPA BUM
Gempa bumi adalah goncangan yang mengguncang suatu daerah mulai dari yang tingkat rendah sampai tingkat tinggi yang membahayakan. Gempa dengan skala tinggi dapat membuat luluhlantak apa-apa yang ada di permukaan bumi. Rumah, gedung, menara, jalan, jembatan, taman, landmark, dan lain sebagainya bisa hancur rata dengan tanah jika terkena gempa bumi yang besar.

2.    TSUNAMI
Tsunami adalah ombak yang sangat besar yang menyapu daratan akibat adanya gempa bumi di laut, tumbukan benda besar/cepat di laut, angin ribut, dan lain sebagainya. Sunami sangat berbahaya karena bisa menyapu bersih pemukiman warga dan menyeret segala isinya ke laut lepas yang dalam. Tsunami yang besar bisa membunuh banyak manusia dan makhluk hidup yang terkena dampak tsunami.

3.    BANJIR
Menurut SK SNI M-18-1989-F (1989) dalam (Suparta (2004) dijelaskan bahwa Banjir adalah aliran yang relatif tinggi, dan tidak tertampung oleh alur sungai atau saluran. Aliran yang dimaksud disini adalah aliran air yang sumbernya bisa dari mana aja. Dan air itu ngeluyur keluar dari sungai atau saluran karena sungai atau salurannya sudah melebihi kapasitasnya. Kondisi inilah yang disebut banjir. Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada di sana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir.

4.    KEBAKARAN HUTAN
Kebakaran hutan adalah kebakaran yang diakibatkan oleh faktor alam seperti akibat sambaran petir, kekeringan yang berkepanjangan, leleran lahar, dan lain sebagainya. Kebakaran hutan menyebabkan dampak yang luas akibat asap kebakaran yang menyebar ke banyak daerah di sekitarnya. Hutan yang terbakar juga bisa sampai ke pemukiman warga sehingga bisa membakar habis bangunan-bangunan yang ada.

5.    TANAH LONGSOR
Tanah longsor adalah tanah yang turun atau jatuh dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Masalahnya jika ada orang atau pemukiman di atas tanah yang longsor atau di bawah tanah yang jatuh maka sangat berbahaya. Tidak hanya tanah saja yang longsor karena batu, pohon, pasir, dan lain sebagainya bisa ikut longsor menghancurkan apa saja yang ada di bawahnya.

C.       PENYEBAB BENCANA

1.    GEMPA BUMI

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi.

Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.

Beberapa gempa bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.


2.    TSUNAMI
Skema terjadinya tsunami
Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Gempa yang menyebabkan tsunami
a.         Gempa bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km)
b.        Gempa bumi dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
c.         Gempa bumi dengan pola sesar naik atau sesar turun

3.    BANJIR

Pada dasarnya banjir itu disebabkan oleh luapan aliran air yang terjadi pada saluran atau sungai. Bisa terjadi dimana saja, ditempat yang tinggi maupun tempat yg rendah. Pada saat air jatuh kepermukaan bumi dalam bentuk hujan (presipitasi), maka air itu akan mengalir ketempat yang lebih rendah melalui saluran2 atau sugai2 dalam bentuk aliran permukaan (run off) sebagian akan masuk/meresap kedalam tanah (infiltrasi) dan sebagiannya lagi akan menguap keudara (evapotranspirasi).
Dataran banjir terbentuk akibat dari peristiwa banjir. Dataran banjir merupakan derah yang terbentuk akibat dari sedimentasi (pengendapan) banjir. Saat banjir terjadi, tidak hanya air yang di bawa tapi juga tanah2 yang berasal dari hilir aliran sungai. Dataran banjir biasanya terbentuk di daerah pertemuan2 sungai. Akibat dari peristiwa sedimentasi ini, dataran banjir merupakan daerah yg subur bagi pertanian, mempunyai air tanah yang dangkal sehingga cocok sekali bagi pemukiman dan perkotaan.
Perubahan lingkungan dimana didalamnya ada perubahan iklim, perubahan geomorfologi, perubahan geologi dan perubahan tata ruang. Dan kperubahan dari masyarakat itu sendiri.
Hujan merupakan faktor utama penyebab banjir. Perubahan iklim menyebabkan pola hujan berubah dimana saat ini hujan yang terjadi mempunyai waktu yang pendek tetapi intensitasnya tinggi. Akibat keadaan ini saluran2 yg ada tidak mampu lagi menampung besarnya aliran permukaan dan tanah2 cepat mengalami penjenuhan.
Akibat pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan pada pola iklim yg akhirnya merubah pola curah hujan, makanya jngan heran kalau sewaktu-waktu hujan bisa sangat tinggi intensitasnya dan kadang sangat rendah. Berdasarkan analisis statistik data curah hujan dari tahun 1900 sampai tahun 1989 terhadap variansi hujan dengan menggunakan uji F dihasilkan bahwa telah terjadi perubahan intensitas hujan untuk lokasi Ambon, Branti, Kotaraja, Padang, Maros, Kupang, Palembang, dan Pontianak.
Memang, berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut bukan hanya faktor iklim yang menyebabkan terjadinya banjir, tp juga di sebabkan oleh perubahan penggunaan lahan dan penyempitan saluran drainase (sungai). Perubahan penggunaan lahan dan otomatis juga terjadi perubahan tutupan lahan menyebabkan semakin tingginya aliran permukaan. Aliran permukaan terjadi apabila curah hujan telah melampaui laju infiltrasi tanah.
Penebangan hutan menyebabkan terjadinya kenaikan aliran permukaan sebesar 624 mm/th. Onrizal (2005) juga mengungkapkan bahwa penebangan hutan menyebabkan berkurangnya air tanah rata-rata sebesar 53.2 mm/bln. Sedangkan kemampuan peresapan air pada DAS berhutan lebih besar 34.9 mm/bln di bandingkan dengan DAS tidak berhutan. Selain itu hasil penelitiannya juga menunjukkan bahwa apabila tanaman di bawah pohon hutan ~tanaman2 yg kecil2 tuh~ itu hilang akan menyebabkan peningkatan aliran permukaan yang mencapai 6.7 m3/ha/blan. Hasil penelitian Bruijnzeel (1982) dalam Onrizal (2005) yang di lakukan pada areal DAS Kali Mondoh pada tanaman hutan memperlihatkan bahwa debit sungai pada bulan mei, juli, agustus dan september lebih tinggi dari curah hujan yang terjadi pada saat bulan2 tersebut, ini membuktikan bahwa vegetasi sebagai pengatur tata air dimana pada saat hujan tanaman membatu proses infiltrasi sehinggaa air disimpan sebagai air bawah tanah dan dikeluarkan saat musim kemarau. Menurut Suroso dan Santoso (2006) dalam WWF-Indonesia (2007) perubahan penggunaan lahan sangat berpengaruh terhadap peningkatan debit sungai.
Akibat dari erosi ini tanah menjadi padat, proses infiltrasi terganggu, banyak lapisan atas tanah yang hilang dan terangkut ke tempat-tempat yang lebih rendah, tanah yang hilang dan terangkut inilah yang menjadi sedimentasi yang dapat mendangkalkan waduk2, bendungan2 dan sungai2. setelah terjadi seperti itu, kapasitas daya tampung dari saluran irigasi tersebut menjadi lebih kecil yang akhirnya dapat menyebabkan banjir walaupun dalam kondisi curah hujan normal. Menurut Priatna (2001) kerusakan tanah akibat terjadinya erosi dapat menyebabkan bahaya banjir pada musim hujan, pendangkalan sungai atau waduk2 serta makin meluasnya lahan-lahan kritis.

4.    KEBAKARAN HUTAN
Kebakaran hutan terjadi karena faktor alam dan faktor manusia. Faktor alam biasa terjadi pada musim kemarau ketika cuaca sangat panas. Namun, sebab utama dari kebakaran adalah pembukaan lahan yang meliputi:
a.    Pembakaran lahan yang tidak terkendali sehingga merembet ke lahan lain. Pembukaan lahan tersebut dilaksanakan baik oleh masyarakat maupun perusahaan. Namun bila pembukaan lahan dilaksanakan dengan pembakaran dalam skala besar, kebakaran tersebut sulit terkendali. Pembukaan lahan dilaksanakan untuk usaha perkebunan, HTI, pertanian lahan kering, sonor dan mencari ikan. pembukaan lahan yang paling berbahaya adalah di daerah rawa/gambut.
b.    Penggunaan lahan yang menjadikan lahan rawan kebakaran, misalnya di lahan bekas HPH dan di daerah yang beralang-alang.
c.    Konflik antara pihak pemerintah, perusahaan dan masyarakat karena status lahan sengketa Perusahaan-perusahaan kelapa sawit kemudian menyewa tenaga kerja dari luar untuk bekerja dan membakar lahan masyarakat lokal yang lahannya ingin diambil alih oleh perusahaan, untuk mengusir masyarakat. Kebakaran mengurangi nilai lahan dengan cara membuat lahan menjadi terdegradasi, dan dengan demikian perusahaan akan lebih mudah dapat mengambil alih lahan dengan melakukan pembayaran ganti rugi yang murah bagi penduduk asli.
d.   Dalam beberapa kasus, penduduk lokal juga melakukan pembakaran untuk memprotes pengambil-alihan lahan mereka oleh perusahaan kelapa sawit.
e.    Tingkat pendapatan masyarakat yang relatif rendah, sehingga terpaksa memilih alternatif yang mudah, murah dan cepat untuk pembukaan lahan
f.     Kurangnya penegakan hukum terhadap perusahaan yang melanggar peraturan pembukaan lahan
g.    Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
h.    Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok secara sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan.
i.      Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
j.      Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau

5.    TANAH LONGSOR
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang memengaruhi kondisi material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut. Meskipun penyebab utama kejadian ini adalah gravitasi yang memengaruhi suatu lereng yang curam, namun ada pula faktor-faktor lainnya yang turut berpengaruh:
a)    erosi yang disebabkan aliran air permukaan atau air hujan, sungai-sungai atau gelombang laut yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah curam
b)   lereng dari bebatuan dan tanah diperlemah melalui saturasi yang diakibatkan hujan lebat
c)    gempa bumi menyebabkan getaran, tekanan pada partikel-partikel mineral dan bidang lemah pada massa batuan dan tanah yang mengakibatkan longsornya lereng-lereng tersebut
d)   gunung berapi menciptakan simpanan debu yang lengang, hujan lebat dan aliran debu-debu
e)    getaran dari mesin, lalu lintas, penggunaan bahan-bahan peledak, dan bahkan petir
f)    berat yang terlalu berlebihan, misalnya dari berkumpulnya hujan atau salju
g)   Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya dimulai pada bulan November seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam jumlah besar. Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan, kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah, air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai pengikat tanah.
h)   Lereng terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya mendatar.
i)     Tanah yang kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut lereng > 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah longsor, terutama bila terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika udara terlalu panas.
j)     Batuan yang kurang kuat
Pada umumnya, batuan endapan gunungapi dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil, pasir, dan lempung kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila terdapat pada lereng yang terjal.
k)   Jenis tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi di daerah longsoran lama.
l)     Getaran
Getaran yang terjadi biasanya diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan dinding rumah menjadi retak. Susut muka air danau atau bendungan. Akibat susutnya muka air yang cepat di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk 220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh retakan.
m) Adanya beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah lembah. 
n)   Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, tebing akan menjadi terjal.
o)   Adanya material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
p)   Bekas longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas longsoran lama memilki ciri:
1.    Adanya tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
2.    Umumnya dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan subur.
3.    Daerah badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
4.    Dijumpai longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
5.    Dijumpai tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada longsoran lama.
6.    Dijumpai alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
7.    Longsoran lama ini cukup luas.
8.    Adanya bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki ciri:
1.    Bidang perlapisan batuan
2.    Bidang kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
3.    Bidang kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
4.    Bidang kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak melewatkan air (kedap air).
5.    Bidang kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
6.    Bidang-bidang tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
q)   Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
r)     Daerah pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar 120 orang lebih meninggal.

Senin, 04 Juni 2012

PDAM



A. PengertianAir
Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, masak, dan lainnya. Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah penting. Namun, mengingat bahwa tidak semua kawasan mendapatkan air bersih, maka perlu adanya pemerataan distribusi air bersih bagi masyarakat.
Kriteria air bersih biasanya meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam usaha menyediakan air bersih, biasanya BUMN di Indonesia yang berkaitan dengan hal ini adalah PDAM – Perusahaan Dagang Air Minum. Kadang ada yang menyindirnya sebagai Perusahaan Dagang Air Mandi, karena terkadang air yang didistribusikan tidak memenuhi kriteria air minum.
Secara teknis, tulisan ini sebenarnya akan membahas mengenai jenis-jenis pengolahan air bersih. Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam proses penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting dalam sistem pengolahannya.
SkemaPengelolaan Air Bersih

B. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Intake yang dibangun harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain kehandalan dalam menyediakan air secara kontiniu, keamanan dalam beroperasi dan pembiayaan yang minimum. Kapasitas intake harus mampu melayani kebutuhan maksimum harian. Dalam pembangunan intake hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah: lokasi harus aman dari arus deras, terletak di hulu sungai sehingga aman dari pencemaran, posisi intake yang benar agar air baku dapat disadap secara konstan sesuai dengan kebutuhan baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.
Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment Plant.
·         Intake Tower
Dibangun sedekat mungkin ke pinggiran sungai, tetapi dengan kedalaman minimum 3 meter. Puncak intake (ruangan pompa) berada 1,5 meter di atas muka air tertinggi.
·         Shore Intake
Shore intake memiliki variasi bentuk yang tergantung kepada situasi lapangan, tetapi yang pasti terletak di pinggiran sungai. Jenis-jenis shore intake yang umum digunakan antara lain adalah:
a.      Siphone Well Intake
Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan intake berupa pipa, sehingga tekanan air yang berfluktuasi tidak memberi pengaruh pada interior intake.
b.      Floating Intake
Struktur intake yang ringkas diletakkan di atas sebuah pelampung yang terapung dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air.
c.       Suspended Intake
Memiliki karakteristik dimana pipa hisap dibenamkan ke dalam sumber air tanpa menggunakan bangunan pelindung dan langsung tercampur dengan aliran sumber air.
·         Intake crib
Struktur intake dibuat terbenam di dasar sungai dengan kedalaman besar dari 3 m dari permukaan air. Lokasi dipilih dengan resiko terkecil terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.
·         Intake pipe/conduit
Pengambilan air dari mata air dilakukan dengan pipa/saluran, dengan kecepatan maksimun 1,2-1,9 m/s untuk mencegah akumulasi sedimen pada saluran.
·         Infiltration gallery
Sistem ini memiliki galeri pipa dengan lubang yang banyak (perforated pipe) yang dibungkus dengan kerikil. Biasanya dibangun di bawah dasar sungai sejajar dengan tepi sungai.
Bagian-bagian dari suatu intake pada umumnya tergantung pada kebutuhan dan kondisi dimana intake tersebut didirikan, umumnya elemen-lemen intake terdiri atas:
1.      Bangunan intake
Umumnya memiliki konstruksi beton bertulang (reinforced concrete) agar memiliki ketahanan yang baik terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.
2.      Inletintake
Inlet intake dapat berupa saluran segi empat atau bundar yang dilengkapi dengan bar screen untuk menyaring material kasar.
3.      Saringan halus (Strainer)
Berfungsi untuk menyaring material yang mengapung dan ikan-ikan kecil yang dapat menghambat penghisapan air baku pada ujung pipa.
4.      Suction well (intake well)
Adalah bangunan penampung air baku yang akan dihisap oleh pompa atau dialiri secara gravitasi. Intake well harus cukup lebar agar mudah dimasuki oleh operator saat melakukan pembersihan. Waktu detensi yang dianjurkan adalah kurang dari 20 menit.
5.      Pipa backwash
Berfungsi untuk melakukan pengurasan intake well saat endapan pasir dan material lain sudah menumpuk, biasanya dilengkapi dengan valve penguras.
6.      Pompa hisap dan ruangan pompa
Berada diatas sumur intake dengan jarak minimal 1,5 m dari muka air. Ruangan pompa harus cukup lebar dan nyaman untuk dimasuki oleh operator saat melakukan pengontrolan dan pembersihan.



C. Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita bahas satu per satu bagian-bagian ini.
1.      KOAGULASI
Skema pengolahan air bersih
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi. 
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atauhydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.Mekanismekoagulasi:

a.    Secara fisika
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti :
·         Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. contoh: darah.
·         Pengadukan, contoh: tepung kanji
·         Pendinginan, contoh: agar-agar

b.    Secara kimia 
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
·         Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral. 
·         Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)
·         Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi. 
Dalam proses koagulasi,stabilitas koloid sangat berpengaruh.stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatip).Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
·         Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak tejadi jikapartikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis.
·         Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
·         Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasiantara lain:
1.      Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dankesadahan;
2.      Jumlahdankarakteristikkoloid;
3.      Derajatkeasaman air (pH);
4.      Pengadukancepat, dankecepatan paddle;
5.      Temperatur air;
6.      Alkalinitas air, bilaterlalurendahditambahdenganpembubuhankapur;
7.      Karakteristik ion-ion dalam air

2.        FLOKULASI
Proses Flokulasi Partikel Koloid
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi ukuran yang siap turun mengendap. Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk membawa flok dan menyimpannya pada bak flokulasi.
Sebelum tiba di bak flokulasi, air sudah dikoagulasikan, dan sudah memiliki inti flok (microflocs). Sehingga kini saatnya mendorong inti flok menjadi kumpulan dan membentuk flok yang lebih besar. Waktu penahanan sekitar 20 sampai 60 menit dibutuhkan, oleh karena itu bak flokulasi harus 50 kali lebih besar dari unit kecepatan pengadukan. Pergejolakan yang lembut diperlukan pada unit ini untuk menaikkan pengadukkan dengan seksama. Meskipun pengadukan seharusnya tidak terlalu keras karena akan menyebabkan rusaknya flok yang sudah terbentuk. 
Proses flokulasidalampengolahan air bertujuanuntukmempercepat proses penggabunganflok-flok yang telahdibibitkanpada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telahdistabilkanselanjutnyasalingbertumbukansertamelakukan proses tarik-menarikdanmembentukflok yang ukurannyamakin lama makinbesarsertamudahmengendap. Gradienkecepatanmerupakanfaktorpentingdalamdesainbakflokulasi.Jikanilaigradienterlalubesarmakagayageser yang timbulakanmencegahpembentukanflok, sebaliknyajikanilaigradienterlalurendah/tidakmemadaimaka proses penggabunganantarpartikulattidakakanterjadidanflokbesarsertamudahmengendapakansulitdihasilkan. Untukitunilaigradienkecepatan proses flokulasidianjurkanberkisarantara 90/detikhingga 30/detik. Untukmendapatkanflok yang besardanmudahmengendapmakabakflokulasidibagiatastigakompartemen, dimanapadakompertemenpertamaterjadi proses pendewasaanflok, padakompartemenkeduaterjadi proses penggabunganflok, danpadakompartemenketigaterjadipemadatanflok.

Pengadukanlambat (agitasi) pada proses flokulasidapatdilakukandenganmetoda yang samadenganpengadukancepatpada proses koagulasi, perbedaannyaterletakpadanilaigradienkecepatan di manapada proses flokulasinilaigradienjauhlebihkecildibandinggradienkecepatankoagulasi.

3.    SEDIMENTASI
Proses Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi.
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri.

Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:
a.         Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring selanjutnya;
b.         Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
a.       Luas bidang pengendapan;
b.      Penggunaan baffle pada bak sedimentasi;
c.       Mendangkalkan bak;
d.      Pemasangan plat miring.

4.        FILTRASI
Unit Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.

Proses filtrasimerupakanpenyaringan suspended solid dankoloidal solid dari air bakumenggunakan media berporisepertipasir, antrasit, garnet. Fungsiutamadari unit filtrasiadalahmenyaringsemuaflok-flokhalus yang tidakterendapkanpada unit sedimentasi. Proses filtrasi air bakudapatdilakukantanpadidahuluiolehkoagulasi, flokulasi, dansedimentasibilakekeruhan air bakukecildari 10 NTU. Jenis-jenis filter menurutjumlah media yang digunakan:
a. Saringan media tunggal;
b. Saringan media ganda;
c. Saringanmulti media.
Karakteristikbutiran media adalahfaktorpenentuefisiensi proses filtrasi. Ukuran media yang efektifdidapatkandenganmenentukannilai effective size (ES), yaituukuranayakan yang melewatkan 10% beratpasir, dan uniformity coefficient (UC), yaituukuranayakan yang melewatkan 60% beratpasir. Berdasarkankecepatanpenyaringan, unit filterdibagiatasduabagian, yakni:
1. SaringanPasirLambat
digunakanapabilakekeruhan air baku< 10 NTU.
2. SaringanPasirCepat
digunakanapabilakekeruhan air baku> 10 NTU.

Bila unit filtrasimenggunakan media lebihdarisatumakadiusahakan agar kedua media memilikikecepatanpengendapan yang berbedadimana media paling bawahmemilikiberat yang lebihsehinggalebihcepatmengendap, sehingga media tidaktercampurpadasaatpencucian (backwash). Pencucian filter (backwash) dilakukansetiapharidenganpompa backwash ataumenggunakantekanan air reservoar yang disambungkankepipa backwash filter melaluijalur by-pass. Keuntungandarisistem yang keduaadalahefisiendalamoperasionaldanpemeliharaandimanatidakdibutuhkanpompa backwash, energilistrik, danperawatanpompa.Sisteminibiasanyadigunakanjikaperbedaanelevasiantara intake daninstalasipengolahancukupbesar.
Pengontrolankinerja filter inidilihatdaribeberapaindikator, yaitu:
·         Kekeruhan filtered water £ 0,5 NTU;
·         Durasioperasi filter diantaradua backwash;
·         Rasiojumlah air yang digunakanpada proses backwash terhadap air yang tersaringsebelum backwash, filter yang terpeliharabaikmemilikirasio 2-3%;
·         Volume air yang difilter per unit luas media filter selamaoperasi filter. Dikenaldengan Unit Filter Run Volume (UFRV). Untuk filter normal besarnyanilai UFRV = 37,85 m3 (10.000 gallon).
·         Kehilangan media butiranselama backwash harusselaludikontroldandiminimalisir, untuk media pasirkehilangan normal 1-2% darikedalaman total filter , untuk media antrasitkehilangan normal 3-5% pertahun;
·         Pencucian filter dilakukandenganpembukaankatup backwash secaraperlahan-lahansampaitinggi air menutupiseluruhpermukaanlapisan filter, barukemudian flow rate backwash diperbesarhinggatitik full-scale, jikabukaankatup backwash dilakukansecaramendadakmakadapatterjadipengangkatan media penyangga (kerikil) keatas media penyaring, fenomenainidikenaldengan overlapping yang mengakibatkansusunan media penyaringmenjaditidakterkontrol, sehinggabakharusdikeringkanuntukdiperiksa.

5.        DESINFEKSI
Desinfeksiadalahpembasmiansecaraselektifmikroorganismepatogen yang adadalam air reservoar.Sebelum air bersihdidistribusikan proses desinfeksimutlakdilakukansebaikapapunhasilpengolahan yang diperoleh. Desinfeksidapatdilakukanmenggunakanduamacamagendesinfektan, yaitu:
a.              agenkimia : 
CalciumHyphochloride (CaOCl2), ChlorineDiokside (ClO2), Bromine Chloride (BrCl), Ozon (O3), Cl2
b.              agenfisik : Sinar ultra violet

Proses pembunuhanmikroorganismepatogenolehagendesinfektanterjadimelaluibeberapafase, yakni:
1. Perusakandindingselmikroorganisme;
2. Merubahpermeabilitassel;
3. Merubahsifatkoloidalmikroorganisme;
4. Menghalangiaktivitasenzim.
Dalaminstalasipengolahan air bersihjenisdesinfektan yang paling seringdigunakanadalah Calcium Hipochloride.Dosis chlor yang digunakandidasarkanpadadayapengikat chlor (DPC) air bakudankebutuhanwaktukontak. Sisa chlor yang diinginkanpadasalurandistribusiberkisarantara 0,3-0,5 ppm .

D. RESERVOIR
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.

Reservoir air bersih
Reservoar yang digunakan pada instalasi pengolahan air bersih berfungsi untuk menampung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan, serta melindungi air hasil pengolahan dari kontaminasi oleh air hujan, debu, algae maupun sinar matahari langsung. Kedalaman efektif reservoar umumnya berkisar antara 3 hingga 6 meter. Reservoar diletakkan pada akhir instalasi dengan muka level air lebih rendah dari muka air unit filter, dan diusahakan tidak ada fluktuasi. Volume reservoar dirancang sebesar 15-20% dari kebutuhan air per hari.

Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.







BAB III
HASIL PENGAMATAN

A.     PDAM Sukaraja
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakn pada proses pengolahan air bersih.
Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Umumnya koagulan tersebut berupa Al2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam FeCl3 atau sesuatu poly-elektrolit organis.
Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan sampai terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap.

Cara kerja :
1.      Diambil sampel air baku kira-kira 4 liter
2.      Dicek dan dicatat turbidity serta pH awal dari air sampel
3.      Disediakan 6 buah beaker glass dan masing-masing diisi dengan 500 ml air sampel
4.      Ke dalam masing-masing beaker glass tersebut diinjeksikan alum dengan konsentrasi 1 % dan dengan dosis tawas tertentu untuk tiap beaker glass. Penentuan dosis yang ditambahkan diambil dari tabel estimasi alum untuk turbidity tertentu (range atas dan range bawah)
5.      Meletakkan beaker glass pada alat flokulator
6.      Diaduk dengan kecepatan 140 rpm selama 5 menit
7.      Kemudian pengadukan dilakukan dengan kecepatan 40 rpm selama 10 menit
8.      Didiamkan selama 15 menit sampai 30 menit
9.      Dicek dan dicatat turbidity untuk masing-masing beaker glass
Raw Water Pump (Pressure Gauge)
Untuk mengetahui tekanan dalam pompa, sesuai jaringan pipa air baku.

Emergency stop
Pemadam pompa secara darurat.
Inlet Work
Untuk mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara memben tuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan.
T.W
Untuk pencucian pipa, dengan gelembung bola busa.
Bak flokulasi 
adalah bangunan atau sarana untuk proses pembentukan "flok" bagi partikel-partikel pengeruh pada air baku.
Flokulator
Terrdapat 6 unit untuk 200 L/detik
Bak sedimentasi 
adalah bangunan atau sarana untuk menghilangkan partikel-partikel pengeruh dalam air dengan cara penyaringan.
Instalasi Pengolahan Air (IPA)
adalah suatu kesatuan bangunan­bangunan yang berfuingsi mengolah air baku meniadi air bersih/minum.
Pen Stock
1.      Untuk mengetahui pintu air
2.      Dilakukan untuk pengurasan
3.      Pengurasan kolam dilakukan 6 bulan sekali.

Jenset
Dengan kapasitas 400 hpt
Filtrasi
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.
Pompa Flower
Untuk menguras filter




Ruangan Panel
Tempat pengoperasian



Instalasi Koagulasi
Terdapat 3 pompa, masing – masing kecepatan 350 L/jam.
3 pompa penginjeksian soda ash dan kaporit.
Menggunakan 2 pompa dalam pencucian filter Clear Water Pump : penginjeksian kaporit
Papan Ukur
Untuk mengetahui kalibrasi ukuran alumunium
Yang dipakai.
Instalasi Intake
Intake
adalah bangunan penangkap air atau tempat air masuk dari sungai, danau atau sumber air permukaan lainnya ke instalasi pengolahan;
Intake bendung 
adalah suatu jenis intake yang menggunakan bendung untuk mendapatkan airnya
Intake sumuran
adalah suatu jenis intake dengan menggunakan saluran di dasar sungai untuk mendapatkan airnya 
Pengadukan zat- zat kimia dalam proses koagulasi,
Terdapat bak soda ash, alumunium sulfat
Bak penampung air dari sumber air baku.
Ukuran : dinding kurang lebih 15 m dan kedalaman air 5 m
Desinfektan
adalah bahan kimia yang digunakan untuk membubuh kimia penyebab penyakit dan lutut. Pendesinfektan Dilakukan di air sebakul.


Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.









B.    PDAM Surabaya
Intake sumuran
adalah suatu jenis intake dengan menggunakan saluran di dasar sungai untuk mendapatkan airnya 
Sumber air sungai bengkulu di surabaya
Ada 4 unit
1.      Instalasi 1929 belanda kapasitas 60L/detik
2.      Instalasi 1990 bantuan prancis  dengan kapasitas 40 L/detik
3.      Instalasi Lepen Kencana 1 sengan kapasitas 50 L/detik
4.      Instalasi Lepen kencana 2 dengan kapasitas 50 L/detik
Pompa Intake terbenam di air atau disebut dengan Submer Sibble dengan kapasitas 40 L/detik di gabung dengan intake dengan kapasitas 50 L/detik.
Instalasi intake buatan belanda dengan kapasitas 60 L/detik.
Koagulasi
Pemberian tawas pada air baku
Flokulator
Bak flokulasi  Buatan indonesia
adalah bangunan atau sarana untuk proses pembentukan "flok" bagi partikel-partikel pengeruh pada air baku.
Bak sedimentasi 
adalah bangunan atau sarana untuk menghilangkan partikel-partikel pengeruh dalam air dengan cara penyaringan.
Water Treatment Plant








Reservoir
adalah tempat penyimpanan air untuk sementara sebelum didistribusikan kepada konsumen jika diperlukan suatu waktu.



DAFTAR PUSTAKA

http://rangminang.web.id/2010/06/intake/                                                                                    
http://rangminang.web.id/2010/06/koagulasi-dan-flokulasi/                               
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=9293