Tolong jempol dan saran nya . . .
Agar Blog ini bisa Lebih baik Lagy . . .
terima kasih . . .

Cari Blog Ini

Senin, 04 Juni 2012

PDAM



A. PengertianAir
Air adalah salah satu kebutuhan utama bagi manusia, untuk kebutuhan minum, mandi, cuci, masak, dan lainnya. Ketersediaan air bersih di sebuah kawasan sangatlah penting. Namun, mengingat bahwa tidak semua kawasan mendapatkan air bersih, maka perlu adanya pemerataan distribusi air bersih bagi masyarakat.
Kriteria air bersih biasanya meliputi 3 aspek, yaitu kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Dalam usaha menyediakan air bersih, biasanya BUMN di Indonesia yang berkaitan dengan hal ini adalah PDAM – Perusahaan Dagang Air Minum. Kadang ada yang menyindirnya sebagai Perusahaan Dagang Air Mandi, karena terkadang air yang didistribusikan tidak memenuhi kriteria air minum.
Secara teknis, tulisan ini sebenarnya akan membahas mengenai jenis-jenis pengolahan air bersih. Secara umum, pengolahan air bersih terdiri dari 3, yaitu pengolahan secara fisika, kimia, dan biologi. Pada pengolahan secara fisika, biasanya dilakukan secara mekanis, tanpa adanya penambahan bahan kimia. Contohnya adalah pengendapan, filtari, adsorpsi, dan lain-lain. Pada pengolahan secara kimiawi, terdapat penambahan bahan kimia, seperti klor, tawas, dan lain-lain, biasanya digunakan untuk menyisihkan logam-logam berat yang terkandung dalam air. Pada pengolahan secara biologis, biasanya memanfaatkan mikroorganisme sebagai media pengolahnya.
PDAM, biasanya melakukan pengolahan secara fisika dan kimiawi dalam proses penyediaan air bersih. Secara umum, skema pengolahan air bersih di daerah-daerah di Indonesia terlihat seperti pada gambar di bawah. Terdapat 3 bagian penting dalam sistem pengolahannya.
SkemaPengelolaan Air Bersih

B. Bangunan Intake
Bangunan intake ini berfungsi sebagai bangunan pertama untuk masuknya air dari sumber air. Intake yang dibangun harus memenuhi beberapa persyaratan antara lain kehandalan dalam menyediakan air secara kontiniu, keamanan dalam beroperasi dan pembiayaan yang minimum. Kapasitas intake harus mampu melayani kebutuhan maksimum harian. Dalam pembangunan intake hal-hal yang harus diperhatikan antara lain adalah: lokasi harus aman dari arus deras, terletak di hulu sungai sehingga aman dari pencemaran, posisi intake yang benar agar air baku dapat disadap secara konstan sesuai dengan kebutuhan baik pada musim kemarau maupun pada musim hujan.
Pada umumnya, sumber air untuk pengolahan air bersih, diambil dari sungai. Pada bangunan intake ini biasanya terdapat bar screen yang berfungsi untuk menyaring benda-benda yang ikut tergenang dalam air. Selanjutnya, air akan masuk ke dalam sebuah bak yang nantinya akan dipompa ke bangunan selanjutnya, yaitu WTP – Water Treatment Plant.
·         Intake Tower
Dibangun sedekat mungkin ke pinggiran sungai, tetapi dengan kedalaman minimum 3 meter. Puncak intake (ruangan pompa) berada 1,5 meter di atas muka air tertinggi.
·         Shore Intake
Shore intake memiliki variasi bentuk yang tergantung kepada situasi lapangan, tetapi yang pasti terletak di pinggiran sungai. Jenis-jenis shore intake yang umum digunakan antara lain adalah:
a.      Siphone Well Intake
Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan intake berupa pipa, sehingga tekanan air yang berfluktuasi tidak memberi pengaruh pada interior intake.
b.      Floating Intake
Struktur intake yang ringkas diletakkan di atas sebuah pelampung yang terapung dan bergerak naik turun mengikuti fluktuasi muka air.
c.       Suspended Intake
Memiliki karakteristik dimana pipa hisap dibenamkan ke dalam sumber air tanpa menggunakan bangunan pelindung dan langsung tercampur dengan aliran sumber air.
·         Intake crib
Struktur intake dibuat terbenam di dasar sungai dengan kedalaman besar dari 3 m dari permukaan air. Lokasi dipilih dengan resiko terkecil terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.
·         Intake pipe/conduit
Pengambilan air dari mata air dilakukan dengan pipa/saluran, dengan kecepatan maksimun 1,2-1,9 m/s untuk mencegah akumulasi sedimen pada saluran.
·         Infiltration gallery
Sistem ini memiliki galeri pipa dengan lubang yang banyak (perforated pipe) yang dibungkus dengan kerikil. Biasanya dibangun di bawah dasar sungai sejajar dengan tepi sungai.
Bagian-bagian dari suatu intake pada umumnya tergantung pada kebutuhan dan kondisi dimana intake tersebut didirikan, umumnya elemen-lemen intake terdiri atas:
1.      Bangunan intake
Umumnya memiliki konstruksi beton bertulang (reinforced concrete) agar memiliki ketahanan yang baik terhadap kemungkinan hanyut oleh arus sungai.
2.      Inletintake
Inlet intake dapat berupa saluran segi empat atau bundar yang dilengkapi dengan bar screen untuk menyaring material kasar.
3.      Saringan halus (Strainer)
Berfungsi untuk menyaring material yang mengapung dan ikan-ikan kecil yang dapat menghambat penghisapan air baku pada ujung pipa.
4.      Suction well (intake well)
Adalah bangunan penampung air baku yang akan dihisap oleh pompa atau dialiri secara gravitasi. Intake well harus cukup lebar agar mudah dimasuki oleh operator saat melakukan pembersihan. Waktu detensi yang dianjurkan adalah kurang dari 20 menit.
5.      Pipa backwash
Berfungsi untuk melakukan pengurasan intake well saat endapan pasir dan material lain sudah menumpuk, biasanya dilengkapi dengan valve penguras.
6.      Pompa hisap dan ruangan pompa
Berada diatas sumur intake dengan jarak minimal 1,5 m dari muka air. Ruangan pompa harus cukup lebar dan nyaman untuk dimasuki oleh operator saat melakukan pengontrolan dan pembersihan.



C. Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi. Nah, sekarang kita bahas satu per satu bagian-bagian ini.
1.      KOAGULASI
Skema pengolahan air bersih
Koagulasi adalah proses penggumpalan partikel koloid karena penambahan bahan kimia sehingga partikel-partikel tersebut bersifat netral dan membentuk endapan karena adanya gaya grafitasi. 
Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini. Pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis (terjunan atauhydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk). Biasanya pada WTP dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump. Lamanya proses adalah 30 – 90 detik.Mekanismekoagulasi:

a.    Secara fisika
Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti :
·         Pemanasan, Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan tumbukan antar partikel-partikel sol dengan molekul-molekul air bertambah banyak. Hal ini melepaskan elektrolit yang teradsorpsi pada permukaan koloid. Akibatnya partikel tidak bermuatan. contoh: darah.
·         Pengadukan, contoh: tepung kanji
·         Pendinginan, contoh: agar-agar

b.    Secara kimia 
Sedangkan secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan, dan penambahan zat kimia koagulan. Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan koloid bersifat netral, yaitu:
·         Menggunakan Prinsip Elektroforesis. Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid yang bermuatan ke elektrode dengan muatan yang berlawanan. Ketika partikel ini mencapai elektrode, maka sistem koloid akan kehilangan muatannya dan bersifat netral. 
·         Penambahan koloid, dapat terjadi sebagai berikut:
Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan kedua. Apabila selubung lapisan kedua itu terlalu dekat maka selubung itu akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya tariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi. (Sudarmo,2004)
·         Penambahan Elektrolit. Jika suatu elektrolit ditambahkan pada sistem koloid, maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan mengadsorpsi koloid dengan muatan positif (kation) dari elektrolit. Begitu juga sebaliknya, partikel positif akan mengadsorpsi partikel negatif (anion) dari elektrolit. Dari adsorpsi diatas, maka terjadi koagulasi. 
Dalam proses koagulasi,stabilitas koloid sangat berpengaruh.stabilitas merupakan daya tolak koloid karena partikel-partikel mempunyai muatan permukaan sejenis (negatip).Beberapa gaya yang menyebabkan stabilitas partikel, yaitu:
·         Gaya elektrostatik yaitu gaya tolak menolak tejadi jikapartikel-partikel mempunyai muatan yang sejenis.
·         Bergabung dengan molekul air (reaksi hidrasi)
·         Stabilisasi yang disebabkan oleh molekul besar yang diadsorpsi pada permukaan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses koagulasiantara lain:
1.      Kualitas air meliputi gas-gas terlarut, warna, kekeruhan, rasa, bau, dankesadahan;
2.      Jumlahdankarakteristikkoloid;
3.      Derajatkeasaman air (pH);
4.      Pengadukancepat, dankecepatan paddle;
5.      Temperatur air;
6.      Alkalinitas air, bilaterlalurendahditambahdenganpembubuhankapur;
7.      Karakteristik ion-ion dalam air

2.        FLOKULASI
Proses Flokulasi Partikel Koloid
Setelah dari unit koagulasi, selanjutnya air akan masuk ke dalam unit flokulasi. Unit ini ditujukan untuk membentuk dan memperbesar flok. Teknisnya adalah dengan dilakukan pengadukan lambat (slow mixing).
Flokulasi adalah proses pengadukan lambat agar campuran koagulan dan air baku yang telah merata membentuk gumpalan atau flok dan dapat mengendap dengan cepat. Tujuan utama flokulasi adalah membawa partikel ke dalam hubungan sehingga partikel-partikel tersebut saling bertabrakan, kemudian melekat, dan tumbuh mejadi ukuran yang siap turun mengendap. Pengadukan lambat sangat diperlukan untuk membawa flok dan menyimpannya pada bak flokulasi.
Sebelum tiba di bak flokulasi, air sudah dikoagulasikan, dan sudah memiliki inti flok (microflocs). Sehingga kini saatnya mendorong inti flok menjadi kumpulan dan membentuk flok yang lebih besar. Waktu penahanan sekitar 20 sampai 60 menit dibutuhkan, oleh karena itu bak flokulasi harus 50 kali lebih besar dari unit kecepatan pengadukan. Pergejolakan yang lembut diperlukan pada unit ini untuk menaikkan pengadukkan dengan seksama. Meskipun pengadukan seharusnya tidak terlalu keras karena akan menyebabkan rusaknya flok yang sudah terbentuk. 
Proses flokulasidalampengolahan air bertujuanuntukmempercepat proses penggabunganflok-flok yang telahdibibitkanpada proses koagulasi. Partikel-partikel yang telahdistabilkanselanjutnyasalingbertumbukansertamelakukan proses tarik-menarikdanmembentukflok yang ukurannyamakin lama makinbesarsertamudahmengendap. Gradienkecepatanmerupakanfaktorpentingdalamdesainbakflokulasi.Jikanilaigradienterlalubesarmakagayageser yang timbulakanmencegahpembentukanflok, sebaliknyajikanilaigradienterlalurendah/tidakmemadaimaka proses penggabunganantarpartikulattidakakanterjadidanflokbesarsertamudahmengendapakansulitdihasilkan. Untukitunilaigradienkecepatan proses flokulasidianjurkanberkisarantara 90/detikhingga 30/detik. Untukmendapatkanflok yang besardanmudahmengendapmakabakflokulasidibagiatastigakompartemen, dimanapadakompertemenpertamaterjadi proses pendewasaanflok, padakompartemenkeduaterjadi proses penggabunganflok, danpadakompartemenketigaterjadipemadatanflok.

Pengadukanlambat (agitasi) pada proses flokulasidapatdilakukandenganmetoda yang samadenganpengadukancepatpada proses koagulasi, perbedaannyaterletakpadanilaigradienkecepatan di manapada proses flokulasinilaigradienjauhlebihkecildibandinggradienkecepatankoagulasi.

3.    SEDIMENTASI
Proses Sedimentasi
Setelah melewati proses destabilisasi partikel koloid melalui unit koagulasi dan unit flokulasi, selanjutnya perjalanan air akan masuk ke dalam unit sedimentasi.
Sedimentasi adalah proses pemisahan padatan yang terkandung dalam limbah cair oleh gaya gravitasi, pada umumnya proses Sedimentasi dilakukan setelah proses Koagulasi dan Flokulasi dimana tujuannya adalah untuk memperbesar partikel padatan sehingga menjadi lebih berat dan dapat tenggelam dalam waktu lebih singkat.
Sedimentasi bisa dilakukan pada awal maupun pada akhir dari unit sistim pengolahan. Jika kekeruhan dari influent tinggi,sebaiknya dilakukan proses sedimentasi awal (primary sedimentation) didahului dengan koagulasi dan flokulasi, dengan demikian akan mengurangi beban pada treatment berikutnya. Sedangkan secondary sedimentation yang terletak pada akhir treatment gunanya untuk memisahkan dan mengumpulkan lumpur dari proses sebelumnya (activated sludge, OD, dlsb) dimana lumpur yang terkumpul tersebut dipompakan keunit pengolahan lumpur tersendiri.

Unit sedimentasi merupakan peralatan yang berfungsi untuk memisahkan solid dan liquid dari suspensi untuk menghasilkan air yang lebih jernih dan konsentrasi lumpur yang lebih kental melalui pengendapan secara gravitasi. Secara keseluruhan, fungsi unit sedimentasi dalam instalasi pengolahan adalah:
a.         Mengurangi beban kerja unit filtrasi dan memperpanjang umur pemakaian unit penyaring selanjutnya;
b.         Mengurangi biaya operasi instalasi pengolahan.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan efisiensi bak pengendapan adalah:
a.       Luas bidang pengendapan;
b.      Penggunaan baffle pada bak sedimentasi;
c.       Mendangkalkan bak;
d.      Pemasangan plat miring.

4.        FILTRASI
Unit Filtrasi
Setelah proses sedimentasi, proses selanjutnya adalah filtrasi. Unit filtrasi ini, sesuai dengan namanya, adalah untuk menyaring dengan media berbutir. Media berbutir ini biasanya terdiri dari antrasit, pasir silica, dan kerikil silica denga ketebalan berbeda. Dilakukan secara grafitasi.

Proses filtrasimerupakanpenyaringan suspended solid dankoloidal solid dari air bakumenggunakan media berporisepertipasir, antrasit, garnet. Fungsiutamadari unit filtrasiadalahmenyaringsemuaflok-flokhalus yang tidakterendapkanpada unit sedimentasi. Proses filtrasi air bakudapatdilakukantanpadidahuluiolehkoagulasi, flokulasi, dansedimentasibilakekeruhan air bakukecildari 10 NTU. Jenis-jenis filter menurutjumlah media yang digunakan:
a. Saringan media tunggal;
b. Saringan media ganda;
c. Saringanmulti media.
Karakteristikbutiran media adalahfaktorpenentuefisiensi proses filtrasi. Ukuran media yang efektifdidapatkandenganmenentukannilai effective size (ES), yaituukuranayakan yang melewatkan 10% beratpasir, dan uniformity coefficient (UC), yaituukuranayakan yang melewatkan 60% beratpasir. Berdasarkankecepatanpenyaringan, unit filterdibagiatasduabagian, yakni:
1. SaringanPasirLambat
digunakanapabilakekeruhan air baku< 10 NTU.
2. SaringanPasirCepat
digunakanapabilakekeruhan air baku> 10 NTU.

Bila unit filtrasimenggunakan media lebihdarisatumakadiusahakan agar kedua media memilikikecepatanpengendapan yang berbedadimana media paling bawahmemilikiberat yang lebihsehinggalebihcepatmengendap, sehingga media tidaktercampurpadasaatpencucian (backwash). Pencucian filter (backwash) dilakukansetiapharidenganpompa backwash ataumenggunakantekanan air reservoar yang disambungkankepipa backwash filter melaluijalur by-pass. Keuntungandarisistem yang keduaadalahefisiendalamoperasionaldanpemeliharaandimanatidakdibutuhkanpompa backwash, energilistrik, danperawatanpompa.Sisteminibiasanyadigunakanjikaperbedaanelevasiantara intake daninstalasipengolahancukupbesar.
Pengontrolankinerja filter inidilihatdaribeberapaindikator, yaitu:
·         Kekeruhan filtered water £ 0,5 NTU;
·         Durasioperasi filter diantaradua backwash;
·         Rasiojumlah air yang digunakanpada proses backwash terhadap air yang tersaringsebelum backwash, filter yang terpeliharabaikmemilikirasio 2-3%;
·         Volume air yang difilter per unit luas media filter selamaoperasi filter. Dikenaldengan Unit Filter Run Volume (UFRV). Untuk filter normal besarnyanilai UFRV = 37,85 m3 (10.000 gallon).
·         Kehilangan media butiranselama backwash harusselaludikontroldandiminimalisir, untuk media pasirkehilangan normal 1-2% darikedalaman total filter , untuk media antrasitkehilangan normal 3-5% pertahun;
·         Pencucian filter dilakukandenganpembukaankatup backwash secaraperlahan-lahansampaitinggi air menutupiseluruhpermukaanlapisan filter, barukemudian flow rate backwash diperbesarhinggatitik full-scale, jikabukaankatup backwash dilakukansecaramendadakmakadapatterjadipengangkatan media penyangga (kerikil) keatas media penyaring, fenomenainidikenaldengan overlapping yang mengakibatkansusunan media penyaringmenjaditidakterkontrol, sehinggabakharusdikeringkanuntukdiperiksa.

5.        DESINFEKSI
Desinfeksiadalahpembasmiansecaraselektifmikroorganismepatogen yang adadalam air reservoar.Sebelum air bersihdidistribusikan proses desinfeksimutlakdilakukansebaikapapunhasilpengolahan yang diperoleh. Desinfeksidapatdilakukanmenggunakanduamacamagendesinfektan, yaitu:
a.              agenkimia : 
CalciumHyphochloride (CaOCl2), ChlorineDiokside (ClO2), Bromine Chloride (BrCl), Ozon (O3), Cl2
b.              agenfisik : Sinar ultra violet

Proses pembunuhanmikroorganismepatogenolehagendesinfektanterjadimelaluibeberapafase, yakni:
1. Perusakandindingselmikroorganisme;
2. Merubahpermeabilitassel;
3. Merubahsifatkoloidalmikroorganisme;
4. Menghalangiaktivitasenzim.
Dalaminstalasipengolahan air bersihjenisdesinfektan yang paling seringdigunakanadalah Calcium Hipochloride.Dosis chlor yang digunakandidasarkanpadadayapengikat chlor (DPC) air bakudankebutuhanwaktukontak. Sisa chlor yang diinginkanpadasalurandistribusiberkisarantara 0,3-0,5 ppm .

D. RESERVOIR
Setelah dari WTP dan berupa clear water, sebelum didistribusikan, air masuk ke dalam reservoir. Reservoir ini berfungsi sebagai tempat penampungan sementara air bersih sebelum didistribusikan melalui pipa-pipa secara grafitasi. Karena kebanyakan distribusi di kita menggunakan grafitasi, maka reservoir ini biasanya diletakkan di tempat dengan eleveasi lebih tinggi daripada tempat-tempat yang menjadi sasaran distribusi. Biasanya terletak diatas bukit, atau gunung.

Reservoir air bersih
Reservoar yang digunakan pada instalasi pengolahan air bersih berfungsi untuk menampung air hasil pengolahan sebelum didistribusikan, serta melindungi air hasil pengolahan dari kontaminasi oleh air hujan, debu, algae maupun sinar matahari langsung. Kedalaman efektif reservoar umumnya berkisar antara 3 hingga 6 meter. Reservoar diletakkan pada akhir instalasi dengan muka level air lebih rendah dari muka air unit filter, dan diusahakan tidak ada fluktuasi. Volume reservoar dirancang sebesar 15-20% dari kebutuhan air per hari.

Gabungan dari unit-unit pengolahan air ini disebut IPA – Instalasi Pengolahan Air. Untuk menghemat biaya pembangunan, biasanya Intake, WTP, dan Reservoir dibangun dalam satu kawasan dengan ketinggian yang cukup tinggi, sehingga tidak diperlukan pumping station dengan kapasitas pompa dorong yang besar untuk menyalurkan air dari WTP ke reservoir. Barulah, setelah dari reservoir, air bersih siap untuk didistribusikan melalui pipa-pipa dengan berbagai ukuran ke tiap daerah distribusi.







BAB III
HASIL PENGAMATAN

A.     PDAM Sukaraja
Jar test adalah suatu percobaan yang berfungsi untuk menentukan dosis optimal dari koagulan (biasanya tawas/alum) yang digunakn pada proses pengolahan air bersih.
Kekeruhan air dapat dihilangkan melalui pembubuhan koagulan. Umumnya koagulan tersebut berupa Al2(SO4)3, namun dapat pula berupa garam FeCl3 atau sesuatu poly-elektrolit organis.
Selain pembubuhan koagulan diperlukan pengadukan sampai terbentuk flok. Flok-flok ini mengumpulkan partikel-partikel kecil dan koloid yang tumbuh dan akhirnya bersama-sama mengendap.

Cara kerja :
1.      Diambil sampel air baku kira-kira 4 liter
2.      Dicek dan dicatat turbidity serta pH awal dari air sampel
3.      Disediakan 6 buah beaker glass dan masing-masing diisi dengan 500 ml air sampel
4.      Ke dalam masing-masing beaker glass tersebut diinjeksikan alum dengan konsentrasi 1 % dan dengan dosis tawas tertentu untuk tiap beaker glass. Penentuan dosis yang ditambahkan diambil dari tabel estimasi alum untuk turbidity tertentu (range atas dan range bawah)
5.      Meletakkan beaker glass pada alat flokulator
6.      Diaduk dengan kecepatan 140 rpm selama 5 menit
7.      Kemudian pengadukan dilakukan dengan kecepatan 40 rpm selama 10 menit
8.      Didiamkan selama 15 menit sampai 30 menit
9.      Dicek dan dicatat turbidity untuk masing-masing beaker glass
Raw Water Pump (Pressure Gauge)
Untuk mengetahui tekanan dalam pompa, sesuai jaringan pipa air baku.

Emergency stop
Pemadam pompa secara darurat.
Inlet Work
Untuk mengontakkan udara dengan air baku agar kandungan zat besi dan mangan yang ada dalam air baku bereaksi dengan oksigen yang ada dalam udara memben tuk senyawa besi dan senyawa mangan yang dapat diendapkan.
T.W
Untuk pencucian pipa, dengan gelembung bola busa.
Bak flokulasi 
adalah bangunan atau sarana untuk proses pembentukan "flok" bagi partikel-partikel pengeruh pada air baku.
Flokulator
Terrdapat 6 unit untuk 200 L/detik
Bak sedimentasi 
adalah bangunan atau sarana untuk menghilangkan partikel-partikel pengeruh dalam air dengan cara penyaringan.
Instalasi Pengolahan Air (IPA)
adalah suatu kesatuan bangunan­bangunan yang berfuingsi mengolah air baku meniadi air bersih/minum.
Pen Stock
1.      Untuk mengetahui pintu air
2.      Dilakukan untuk pengurasan
3.      Pengurasan kolam dilakukan 6 bulan sekali.

Jenset
Dengan kapasitas 400 hpt
Filtrasi
Pada proses pengendapan, tidak semua gumpalan kotoran dapat diendapkan semua. Butiran gumpalan kotoran dengan ukuran yang besar dan berat akan mengendap, sedangkan yang berukuran kecil dan ringan masih melayang-layang dalam air. Untuk mendapatkan air yang betul-betul jernih harus dilakukan proses penyaringan.
Penyaringan dilakukan dengan mengalirkan air yang telah diendapkan kotorannya ke bak penyaring yang terdiri dari saringan pasir.
Pompa Flower
Untuk menguras filter




Ruangan Panel
Tempat pengoperasian



Instalasi Koagulasi
Terdapat 3 pompa, masing – masing kecepatan 350 L/jam.
3 pompa penginjeksian soda ash dan kaporit.
Menggunakan 2 pompa dalam pencucian filter Clear Water Pump : penginjeksian kaporit
Papan Ukur
Untuk mengetahui kalibrasi ukuran alumunium
Yang dipakai.
Instalasi Intake
Intake
adalah bangunan penangkap air atau tempat air masuk dari sungai, danau atau sumber air permukaan lainnya ke instalasi pengolahan;
Intake bendung 
adalah suatu jenis intake yang menggunakan bendung untuk mendapatkan airnya
Intake sumuran
adalah suatu jenis intake dengan menggunakan saluran di dasar sungai untuk mendapatkan airnya 
Pengadukan zat- zat kimia dalam proses koagulasi,
Terdapat bak soda ash, alumunium sulfat
Bak penampung air dari sumber air baku.
Ukuran : dinding kurang lebih 15 m dan kedalaman air 5 m
Desinfektan
adalah bahan kimia yang digunakan untuk membubuh kimia penyebab penyakit dan lutut. Pendesinfektan Dilakukan di air sebakul.


Water Treatment Plant
Water Treatment Plant atau lebih populer dengan akronim WTP adalah bangunan utama pengolahan air bersih. Biasanya bagunan ini terdiri dari 4 bagian, yaitu : bak koagulasi, bak flokulasi, bak sedimentasi, dan bak filtrasi.









B.    PDAM Surabaya
Intake sumuran
adalah suatu jenis intake dengan menggunakan saluran di dasar sungai untuk mendapatkan airnya 
Sumber air sungai bengkulu di surabaya
Ada 4 unit
1.      Instalasi 1929 belanda kapasitas 60L/detik
2.      Instalasi 1990 bantuan prancis  dengan kapasitas 40 L/detik
3.      Instalasi Lepen Kencana 1 sengan kapasitas 50 L/detik
4.      Instalasi Lepen kencana 2 dengan kapasitas 50 L/detik
Pompa Intake terbenam di air atau disebut dengan Submer Sibble dengan kapasitas 40 L/detik di gabung dengan intake dengan kapasitas 50 L/detik.
Instalasi intake buatan belanda dengan kapasitas 60 L/detik.
Koagulasi
Pemberian tawas pada air baku
Flokulator
Bak flokulasi  Buatan indonesia
adalah bangunan atau sarana untuk proses pembentukan "flok" bagi partikel-partikel pengeruh pada air baku.
Bak sedimentasi 
adalah bangunan atau sarana untuk menghilangkan partikel-partikel pengeruh dalam air dengan cara penyaringan.
Water Treatment Plant








Reservoir
adalah tempat penyimpanan air untuk sementara sebelum didistribusikan kepada konsumen jika diperlukan suatu waktu.



DAFTAR PUSTAKA

http://rangminang.web.id/2010/06/intake/                                                                                    
http://rangminang.web.id/2010/06/koagulasi-dan-flokulasi/                               
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=detail&d_id=9293                           



1 komentar: